Minggu, 20 Februari 2011

Perokok Lebih Berpotensi Terkena Impotensi


Medan (ANTARA) - Para perokok dimbau untuk menghentikan merokok karena perokok lebih berpotensi mengalami disfungsi ereksi sebab rokok mengandung berbagai macam bahan kimia.

General manager On Clinic Indonesia, Fithrie Firdaus, di Medan, Minggu, mengatakan, berdasarkan penelitian dari Direktur Prevention Research Center di Yale University of School of Medicine, dr David Katz, merokok dapat mempercepat seseorang terkena resiko atheroclerosis yaitu penyakit yang terjadi akibat terbentuknya plak di dinding arteri.

Sehingga arteri menjadi lebih tebal dan dapat menyumbat peredaran darah yang semestinya terdistribusi secara utuh ke tubuh. Selanjutnya, jika sumbatan tersebut terjadi pada bagian penis, maka terjadilah gangguan ereksi.

"Mungkin saja, pria sulit untuk meninggalkan rokoknya karena memang tidak pernah merasa takut dengan ancaman penyakit jantung atau kanker paru-paru. Tetapi jika sudah berkaitan dengan kejantannya, mudah-mudahan ini akan sangat memotivasi mereka untuk membuang jauh-jauh rokoknya," katanya.

Kemudian, lanjutnya, tingginya potensi perokok menderita disfungsi ereksi dapat dilihat berdasarkan penelitian disejumlah negara seperti yang dilaporkan American Heart Associations Annual Converence on Cardiovascular Desease Epidomiology and Prevention pada tahun 2003.

Para peneliti memperoleh data dari 3.764 pria yang memiliki kebiasaan merokok, pada usia 47 tahun dengan menghabiskan 20 batang per harinya memiliki resiko disfungsi ereksi hingga 60 persen jika dibandingkan pria yang tidak pernah merokok.

Selain itu pria perokok 30 persen lebih rentan impoten dari pada mereka yang tidak merokok. Sedangkan hasil penelitian di Australia,dari 8.400 pria berusia 16 hingga 59 diketahui pria yang menghabiskan satu pak atau kurang dari 24 persen kesulitan ereksi, jika dibandingkan yang tidak merokok.

Selain itu yang menghisap lebih dari 39 persen per paknya,lebih rentan terkena impoten.

"Untuk itu, sangat diharapkan agar para remaja untuk berfikir dua kali agar tidak merokok. Karena selama merokok, efek pengrusakan dalam tubuh akan terus berlanjut dan semakin parah pada saat mereka dewasa kelak," katanya.

Rakyat Libya Menguji Ketahanan Khadafy


INILAH.COM, Jakarta - Krisis politik kini melanda Libya dan mengancam kekuasaan Presiden Moamar Khadafy. Gerakan rakyat sedang menguji daya tahan dan durabilitas kekuasaan Khadafy yang terlalu lama.

Rakyat Libya seolah mengikuti gerakan rakyat di Tunisia dan Mesir yang kemudian menumbangkan penguasa rezim yang dinilai otoriter, yakni Presiden Zainal Abidin bin Ali dan Hosni Mubarak. Serentak dan massal, rakyat Libya hari ini menggelar demonstrasi "Hari Kemarahan" ditujukan pada Moamar Khadafi. Aksi ini dilakukan dua hari setelah bentrokan pendemo dan aparat di kota kedua di Libya, Benghazi, yang melukai belasan orang. Pemimpin Libya Moammar Khadafi juga diminta turun dari jabatannya. Dia telah berkuasa selama 41 tahun, lebih lama ketimbang Hosni Mubarak (30 tahun berkuasa) dan Bin (atau Ben di dunia Barat) Ali (23 tahun).

Di Tripoli, kelompok yang terdiri dari beberapa tokoh ternama dan terpercaya Libya dan organisasi hak asasi manusia, meminta pengunduran diri Khadafy. Mereka menyatakan, rakyat Libya memiliki hak untuk mengekspresikan diri melalui unjuk rasa damai tanpa ada ancaman kekerasan dari rezim yang berkuasa.

Unjuk rasa, sebuah peristiwa langka di Libya, dilaporkan terjadi setelah keluarga korban pembantaian di penjara 15 tahun lalu, turun ke jalan. Mereka mendapat dukungan dari banyak orang. Negara dan media Barat melaporkan, sebanyak 12 ribu tahanan tewas di Penjara Abu Slim, dalam sebuah pembantaian yang terjadi pada 29 Juni 1996. Insiden itu terjadi setelah mereka mengeluhkan kondisi buruk di dalam penjara.

Desakan mundur itu muncul setelah adanya satu petisi yang ditandatangani 213 tokoh dari berbagai kalangan masyarakat di negara tersebut. Termasuk diantaranya, aktivis, pengacara, pelajar dan pejabat pemerintah. Demonstrasi besar-besaran ini akan menjadi ujian bagi pemimpin Libya Moamar Kadhafy (68) yang sejak berkuasa 1969 menyandang pangkat kolonel itu.

Khadafy adalah pemimpin dunia Arab yang paling lama berkuasa. Demo ‘Hari Kemarahan’ diserukan lewat sebuah grup di Facebook. Senin (14/2/2011) lalu, sebanyak 4.400 orang menjadi anggota grup ini. Angka ini bertambah menjadi 9.600 dua hari kemudian setelah meletus kerusuhan di Benghazi. Libya memiliki tingkat kepemilikan komputer yang sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara Afrika Utara pada umumnya dan sampai saat ini memiliki akses cukup bebas ke Internet. Tapi Kadhafy secara agresif memenjara, menyiksa atau membunuh tokoh oposisi anti-rezim, dari kelompok demokratik atau Islam.

Kerusuhan di Benghazi terjadi pada Selasa (15/2/2011) malam. Ini merupakan protes pertama yang menimpa Kadhafy sejak berkuasa. Pemicunya adalah protes massa atas penangkapan seorang aktivis HAM. Sekitar 10 aparat keamanan juga terluka.

Baik Inggris dan Uni Eropa menyerukan otoritas Libya menahan diri menghadapi pendemo. Mereka juga mendesak agar Libya membuka keran "kebebasan berekspresi."

Sementara itu, seorang aktivis hak asasi manusia setempat menyatakan kepada Reuters, pejabat pemerintah membebaskan 110 tahanan yang ditahan karena aktivitas di organisasi terlarang, Libyan Islamic Fighting Group.

Mereka dibebaskan dari Penjara Abu Salim, Rabu (16/2/2011), meski ada beberapa yang masih ditahan. Seperti Kepala Libya Human Rights Association Mohamed Ternish. Ratusan lainnya yang ditangkap karena melakukan kekerasan tahun lalu, juga telah dibebaskan.

Keberhasilan rakyat Tunisia dan Mesir rupanya dicontoh negara-negara tetangganya, termasuk Libya. Revolusi yang dipicu oleh aksi bakar-diri pedagang asongan Tunisia, Mohamed Bouazizi, itu menjalar ke seluruh Tunisia, kemudian ke Mesir dan kini ke Dunia Arab. Tidak cuma Mesir, negara-negara lain semisal Libya, Yordania, Maroko, Yaman, Aljazair, dan Bahrain menunjukkan sinyal bakal dimulainya revolusi.

Berkuasanya Moammar Khadafy di Libya selama 41 tahun —terlama di Afrika dan Timur Tengah— bisa jadi akan membikin letupan-letupan revolusi rakyat baru, yang terinspirasi dari pengalaman Tunisia dan Mesir. Rakyat yang berpandangan kian demokratis bisa jadi akan mempertanyakan legitimasi (masih) berkuasanya pemimpin mereka itu.

Kini, di Libya dan Dunia Arab lainnya menjadi urgen mengenai apa yang digemakan George Soros (2000) sebagai “masyarakat terbuka” (open society). Masyarakat terbuka di Libya dan Dunia Arab menghendaki sistem demokrasi yang bercorak bawah-atas (bottom-up). Kewenangan tertinggi atas negara ada pada rakyat: Rakyatlah yang berhak mengangkat atau memberhentikan pemimpin.

Di sini, Khadafy diuji: akan bertahan sebagai penguasa tunggal atau terpaksa membuka keran demokrasi? Nasib Khadafy memang belum bisa diprediksi ! [nic]

Mega-JK Tauladan Bangsa, Bila Bersaksi di KPK


INILAH.COM, Jakarta - Mantan Presiden RI Megawati dan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) ditengarai turut bertanggung jawab, atas dugaan kejahatan pidana korupsi yang dilakukan kader partainya.

Tersangka penerimaan traveler cheque (cek pelawat) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S. Goeltom pada 2004 silam, sebagian besar adalah mantan anggota Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR), dari Fraksi Partai Golongan Karya (PG) dan Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia Perjuangan (PDIP).

Dugaan itu muncul dari keterangan para tersangka, yang menyatakan uang cek pelawat yang diterimanya mengalir hingga ke pimpinan partai mereka saat itu, yakni JK dan Mega.

Menindaklanjuti penyidikan kasus ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun merencanakan agenda pemeriksaan saksi, terhadap JK dan Mega.

Kedua mantan pemimpin bangsa ini diharapkan mau memberikan keterangan saksi, terhadap kasus yang menyangkut kader partainya.

Tak sampai di situ, kesaksian JK dan Mega dinilai akan menjadi tauladan bagi bangsa, sebagai sikap pemimpin yang dapat dipercaya publik.

"Memang yang namanya Presiden dan Wakil Presiden berat. Tapi ini kan katanya harus ada tauladan, Indonesia butuh tauladan, baik pemimpin yang berkuasa maupun pemimpin partai, kalau memang konsisten memberantas korupsi," kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, kepada INILAH.COM, Senin (21/2/2011).

Dengan terjeratnya politisi partai dalam perkara korupsi, kata Zuhro, partai mengalami krisis kepercayaan dari publik dan konstituennya. Maka, hanya pimpinan partai lah yang mampu mengembalikan kepercayaan itu.

"Yang bisa menegakan kepercayaan itu ya pengurusnya, pengurus inti, atau elit," imbuh Zuhro. [lal]

Tentara Libya Lakukan Pembunuhan Massal


RMOL. Tentara Libya bertindak brutal. Pembunuhan massal telah terjadi di salah satu negara Afrika Utara itu. Menurut saksi mata lebih dari 200 orang demonstran diterjang peluru aparat keamanan.

Kelompok oposisi Libya di pengasingan memperkirakan, sekitar 120 orang tewas dan 1.000 lainnya terluka dalam bentrokan. Laporan lainnya menyebutkan korban tewas mencapai 200 orang. Para demonstran ditem­baki karena menentang rezim Moamar Khadafi yang berkuasa 41 tahun terakhir.

Walaupun pejabat di Tripoli tampak lembut, pasukan ke­amanan diduga berlaku garang, me­nembaki puluhan demonstran saat berjuang menghentikan pem­berontakan di Benghazi, ketika aksi kekerasan menyebar ke al Bai­da hingga ke Misratah.

Di Benghazi, saksi mengatakan kepada Reuters, penembak jitu menembaki demonstran. “Ber­pu­luh-puluh orang terbunuh. Bukan 15 orang. Kami berada di tengah-tengah pembunuhan massal,” kata warga yang tidak mau dise­but­kan namanya. Pria itu menga­takan, telah membantu korban ke rumah sakit dalam kekerasan, Sabtu (19/2).

Jumlah korban tewas simpang siur karena jurnalis dari luar negeri dilarang masuk, internet dan telepon seluler juga diputus. De­mons­trasi menentang Khadafi telah berlangsung sepekan terakhir.

Sebuah kelompok kampanye Human Rights Solidarity me­nyatakan di al-Baida para pe­nem­bak jitu mengambil posisi di atas rumah. Di kota berpenduduk 210.000 orang itu 13 orang dila­por­kan tewas dan lusinan lainnya luka.

Seorang warga di Benghazi mengatakan kepada BBC, tentara menembaki demonstran dari atas gedung. Bahkan beberapa tentara meng­gunakan granat. ”Mereka me­nembaki para pengunjuk rasa, ke­mungkinan 40 tewas, tolong kasih tahu kepada dunia, mereka mem­bunuh warganya,” kata warga itu.

Sedangkan dokter yang ber­tu­gas di Benghazi mengatakan kepada Al Jazeera, Rumah Sakit me­nerima 15 jenazah dan belasan luka-luka. “Mereka luka tembak di kepala, dada.”

Situasi di Libya makin mema­nas saat demonstrasi besar-be­saran dimulai pekan lalu. Para de­montrans menuntut Khadafi mun­dur dari jabatannya sebagai orang nomor satu di Libya. Na­mun presiden yang telah berkuasa 42 tahun itu enggan mundur.

Pemerintah bahkan mener­jun­kan para penembak jitu untuk memukul para demonstran. Se­jumlah laporan dari kota Libya menyebutkan, pemerintah me­nugaskan kelompok elite militer untuk menguasai keadaan, sete­lah unjuk rasa anti pemerintah kembali terjadi.

Kondisi lebih terkendali di Bahrain, setelah sepekan pergo­lakan yang mematikan. Kemarin, para pemimpin opisisi berkumpul dan sepakat untuk menggelar dialog dengan Pangeran Sheikh Sal­man bin Hamad al-Khalifa yang dianggap reformis.

Pemimpin partai politik dari blok Syiah, Abdul-Jalil Khalil, mengatakan oposisi meminta sang pangeran memimpin dialog nasional. Menurut sumber dari kelompok oposisi Bahrain, selain penarikan pasukan keamanan dan perlindungan HAM, kubu oposisi di Bahrain menuntut pembebasan para tahanan politik, pengun­du­ran diri pemerintah, serta pem­bi­ca­raan mengenai konstitusi baru.

“Pengunjuk rasa berde­mons­trasi dengan damai. Namun, pihak penguasa seenaknya mela­kukan tindakan anarkis. Kami bahkan telah menuntut dia­dakan­nya dialog, tapi belum ada ja­waban,” ujar Jalil Khalil seperti di­lansir AP, kemarin.

Para pengunjuk rasa anti pe­me­rintah kembali ke Pearl Square di Manama pada Sabtu. Mereka mem­bangun kamp untuk tempat tinggal menyusul perintah pange­ran, tentara dan kendaraan lapis baja ditarik dari Pearl Square.

Tempat ini sempat dikuasai militer sejak Kamis (17/2), sete­lah polisi anti-huru hara me­nye­rang para demonstran pada ma­lam hari. Serangan pada malam hari terhadap para pengunjuk rasa menewaskan empat orang dan me­lukai 231 lainnya. [RM]

Kemenhan: Tak Ada Data Militer Dicuri


VIVAnews - Kementerian Pertahanan memastikan tidak ada data militer yang dicuri dari laptop delegasi Indonesia saat berada di Seoul, Korea Selatan. Apalagi laptop yang diduga dicuri milik staf Kementrian Koordinator Perekonomian.

"Jadi tidak ada kaitannya. Kita sudah cek kejadiannya bagaimana. Itu laptop staf kementerian ekonomi yang sama sekali tidak ada data itu (militer)," kata Kepala Komunikasi Publik Kemenhan I Wayan Midhio kepada VIVAnews, Senin 21 Februari 2011.

Wayan menegaskan, ia sudah menghubungi langsung stafnya Hatta Rajasa yang laptopnya sempat dibawa tiga orang tidak dikenal. Dan dari informasi staf itu, tidak ada data militer di laptop tersebut.

Informasi yang didapatnya, memang laptop itu sempat dibawa tiga orang tidak dikenal yang salah masuk kamar. Namun laptop saat itu langsung dikembalikan lewat resepsionis hotel bersangkutan.

"Jadi kamarnya terbuka karena ada teknisi yang memperbaiki ruangan, kebetulan kamar itu berdekatan dengan kamar orang itu. Ternyata salah, lalu dikembalikan lagi," kata Wayan, sambil menegaskan kembali tidak ada data militer yang dibawa delegasi Indonesia.

Sebelumnya, mengutip sumber dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Korea dan sumber kepolisian, Seoul Broadcasting Station (SBS) melaporkan, tiga penyusup, --dua laki-laki dan satu perempuan yang diyakini orang Asia, mengunduh file rahasia dari laptop anggota delegasi RI.

Sejumlah file yang hilang itu diyakini berisi data rahasia militer, antara lain rencana Indonesia membeli pesawat T-50 buatan Korea.