Minggu, 24 Juni 2012

SBY, Dengarlah Kritik Muhammadiyah!

RMOL. Kritik Muhammadiyah melalui keputusan sidang Tanwir-nya yang membahas lemahnya kepemimpinan nasional adalah sesuatu yang hak bagi Muhammadiyah. Demikian disampaikan Wakil Sekjen PDI Perjuangan, Ahmad Basarah dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online, Minggu (24/6). "Sebagai ormas Islam besar di Indonesia, Muhammadiyah patut memiliki rasa khawatir atas perkembangan dan masa depan Indonesia yang semakin bergerak tak menentu. Perkembangan ini sebagai akibat benturan nilai peradaban dunia yang masuk ke Indonesia," kata bekas aktivis Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) ini. Benturan peradaban nilai tersebut, sambungnya, menghasilkan berbagai gesekan dan konflik sosial di tengah masyarakat. Ironisnya dalam situasi bangsa yang seperti ini, bangsa Indonesia memiliki seorang kepala negara dan pemerintahan yang kurang jelas identitas ideologis dan posisi politiknya. "Kita tidak tahu apakah pemimpin kita berada pada bagian kekuatan asli bangsa Indonesia yakni seorang Pancasilais sejati, atau mau berada sebagai bagian kekuatan kapitalisme dunia. Kekurangjelasan identitas ideologis dan politik Presiden SBY itulah yg akhirnya disimpulkan oleh Sidang Tanwir Muhammadiyah tersebut sebagai faktor yang membuat SBY sebagai Presiden RI yang sangat lemah, pembimbang dan peragu," sambungnya. Basarah pun mengimbau SBY agar dapat menerima pemikiran dan kritik dari Muhammadiyah sebagai masukan yang positif. "Jangan seperti biasanya, selalu menanggapi kritik dari masyarakat dengan sikap yang defensif dan cenderung mencari-cari kesalahan pihak yang mengkritiknya," sambungnya. Dalam sidang penutupan sidang Tanwir Muhammdiyah, Muhammadiyah 2012, di Bandung, Jawa Barat, Ahad (24/6), Ormas Muhammadiyah melihat kepemimpinan bangsa Indonesia selama ini sering absen ketika diperlukan, lamban, bimbang dan galau dalam mengambil sebuah keputusan. "Hal tersebut disebabkan oleh perilaku politik transaksional penggunaan uang dalam mengejar jabatan dan kegagalan parpol dalam melakukan perkaderan dan rekrutmen pemimpin bangsa," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Agung Danarto. Agung Danarto menyatakan salah satu pangkal permasalahan bangsa adalah kepemimpinan dan saat ini bangsa Indonesia mengalami sebuah krisis yakni krisis kepemimpinan. "Lemahnya kepemimpinan nasional ini berakibat pada buruknya kualitas SDM sebagaimana terindikasi dan peringkat IPM yang dikeluarkan oleh PBB. Terlebih Indeks Negara Gagal 2012 semakin menegaskan bahwa Indonesia menjadi sangat berisiko jadi negara gagal," katanya. Dikatakan, Muhammadiyah memandang perlunya langkah-langkah penyelamatan bangsa melalui penguatan kepemimpinan. Untuk itu, kata Agung, bangsa Indonesia memerlukan pemimpin yang memenuhi tujuh syarat. "Tujuh syarat tersebut pertama adalah visioner artinya yang memiliki visi yang sesuai dengan cita-cita bangsa nasional para pendiri bangsa," ujarnya. Kriteria kedua, kata dia, adalah pemimpin itu harus nasionalis dan humanis yakni yang berkomitmen kebangsaan yang kuat dan kemanusian yang luhur. Kriteria ketiga ialah harus mampu membangun solidaritas bangsa yang majemuk. "Keempat ialah risk taker atau berani ambil risiko. Kelima decisive atau mampu mengambil keputusan yang cepat, tepat dan tegas," katanya. Dikatakannya, kineria keenam adalah pemecah masalah atau problem solver dan kriteria pemimpin menurut Muhammadiyah ialah morally committed yakni pemimpin yang memiliki integritas moral yang tinggi sehingga tidak korup.

Tidak ada komentar: