Jumat, 11 April 2008

Perjalanan Berat Obor Olimpiade

Oleh Ahmad Wijaya, Kepala Biro ANTARA di Beijing, China

Beijing (ANTARA News) - Kekhawatiran China akan terjadinya gangguan terhadap lari berantai keliling dunia obor Olimpiade 2008, terbukti benar.

Belum juga menempuh separuh perjalanan, obor Olimpiade sudah beberapa kali mendapat gangguan demonstran pro-Tibet. Ketika tiba di London pada 6 April dan di Paris (7/4) obor Olimpiade langsung didera unjuk rasa.

London dan Paris merupakan kota persinggahan obor Olimpiade keempat dan kelima, setelah sebelumnya melintasi Almaty (Kazahktan), Istanbul (Turki) dan St. Petersburg (Rusia) pada 2-5 April.

Perjalanan di tiga kota pertama tersebut aman dari gangguan para demonstran pendukung Dalai Lama dan pro-Tibet, namun ketika obor tiba di London, sejumlah demonstran pro-Tibet telah menunggu yang berupaya ingin menggagalkan perjalanan obor tersebut.

Aksi itu membuat aparat keamanan setempat harus bekerja keras untuk mengamankan perjalanan simbol semangat dan sportivitas olimpiade itu.

Demikian pula ketika obor tiba di Paris, sejumlah demonstran telah menunggu kedatangan obor itu. Mereka tak menyambut suka cita obor Olimpiade, sebaliknya menghalangi perjalanan obor Olimpiade.

Lolos dari sergapan para demosntran di London dan Paris, obor Olimpiade 2008 selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju San Fransico pada 9 April 2008.

Alih-alih mendapat sambutan meriah dari masyarakat San Fransisco, kedatangan obor di Amerika Serikat disambut "caci-maki" pendukung Dalai Lama.

Para demonstran pro-Tibet pun juga melakukan penolakan keras terhadap kedatangan obor itu dan bahkan sejumlah demonstran mencoba memanjat jembatan "Golden Gate" untuk membentangkan spanduk berisikan pembebasan Tibet dari China.

Entah sampai kapan dan dimana obor Olimpiade itu tidak mendapat tentangan dari para demonstran pro-Dalai Lama dan pro-Tibet, padahal perjalanannya masih sangat jauh hingga dimulainya pembukaan Olimpiade 2008 di Beijing tanggal 8 Agustus 2008.

Obor Olimpiade 2008 masih harus singgah di Buenos Aires (Argentina) pada 11 April, Dar es Salaam (Tanzania) pada 13 April, 14 April singgah di Muscat (Oman), di Islamabad (Pakistan) pada 16 April, 17 April melewati New Delh (India), 19 April melewati Bangkok (Thailand), 21 April melewati Kuala Lumpur (Malaysia), 22 April melewati Jakarta (Indonesia), 24 April melewati Canberra (Australia), 26 April melewati Nagano (Jepang), 27 April melewati Seoul (Korsel), 28 April melewati Pyongyang (Korut), 29 April -melewati Ho Chi Minh City (Vietnam).

Pada awal Mei, lentera yang menyimpan api Olimpiade dijadwalkan dibawa ke puncak Mount Everest, jika cuaca memungkinkan. Selanjutnya 2 Mei melewati Hong Kong dan 3 Mei melewati Makao.

Usai dari Makao, pada tanggal 5 Mei-7 Agustus 2008, obor akan mengelilingi sejumlah provinsi, kotamadya, dan wilayah otonomi di China, termasuk Tibet, dan pada tanggal 8 Agustus dijadwalkan tiba di Stadion Sarang Burung, tempat upacara pembukaan Olimpiade Beijing.

Kementrian Luar Negeri (Kemlu) China mengutuk upaya menggagalkan pelaksanaan lari berantai obor Olimpiade 2008 oleh sekelompok separatisme pro-Tibet ketika berada di Inggris dan Prancis.

"Tindakan tercela tersebut melanggar semangat Olimpiade dan menantang seluruh masyarakat dunia yang mencintai Olimpiade," kata Juru Bicara Kemlu China Jiang Yu.

Menurutnya, Olimpiade 2008 di Beijing adalah merupakan kegiatan olahraga bersama bagi masyarakat dan atlet dunia.

Demikian pula obor Olimpiade yang diarak keliling ke sejumlah negara adalah diperuntukkan bagi masyarakat yang ada di dunia.

Meskipun mendapat tekanan saat obor tiba di London dan Inggris, ia mengatakan menyatakan terima kasih atas sambutan sebagian besar masyarakat di kedua kota itu, sehingga obor yang dibawa lari berantai bisa menyelesaikan dengan aman.

"Sambutan hangat disampaikan oleh publik Inggris dan Perancis, sehingga obor Olimpiade dapat selesai sesuai rencana di kedua kota itu dengan aman," kata Jiang Yu.

Meskipun mendapat tekanan dan protes bertubi-tubi dari para demonstran pro-Tibet, ia yakin bahwa tak ada seorangpun mampu menghalangi semangat Olimpiade.

Selain itu juga tidak ada yang mampu menghalangi konsep "perdamaian, persahabatan dan kemajuan" yang dibawakan oleh misi obor Olimpiade.

Jamin Aman

Kekhawatiran paling memuncak apakah obor Olimpiade tidak mendapat gangguan berat dari demonstran adalah ketika tiba di Lhasa, ibukota Tibet.

Sejumlah pihak memperkirakan obor akan mendapat "gelombang protes berat" dari demonstran pro-Dalai Lama ketika obor singgah di Tibet.

Namun demikian Pemerintah Wilayah Otonomi Tibet menjamin dan memastikan obor Olimpiade akan melewati Lhasa dengan aman, bebas dari gangguan para demonstran.

"Jalur yang telah disiapkan juga tidak berubah berubah, sekalipun kemungkinan akan banyak demonstran yang akan mengganggu," kata Kepala Pemerintahan Wilayah Otonomi Tibet Qianba Puncog.

Ia menyadari bahwa perjalanan obor Olimpiade di Tibet akan banyak mendapat tekanan dari masyarakat yang pro-Dalai Lama seperti halnya yang telah terjadi di Inggris dan Prancis.

Namun, ia yakin sebagian besar masyarakat Tibet akan menyambut dengan baik kedatangan obor Olimpiade ketika tiba di Lhasa.

"Saya tidak ragu kalau obor Olimpiade yang akan melintasi Lhasa nanti akan berjalan dengan aman dan sukses," kata Puncog.

Seandainya nanti terjadi unjuk rasa yang mengarah anarki, Puncog tidak segan-segan akan melakukan perlawanan demi menjamin kelancaran perjalanan obor.

"Kita tidak akan ragu untuk melawan siapapun yang ingin menghalangi perjalanan obor Olimpiade. Tapi saya berharap agar masyarakat Tibet bisa menyambut kedatangan obor dengan baik dan suka cita," katanya.

Pemerintah China juga optimis masalah Tibet akan dapat diselesaikan secara damai.

"Upaya dialog antara pemerintah pusat dengan Dalai Lama tetap diupayakan. Kita tetap membuka pintu dialog," kata Wakil Menteri Persatuan Bidang Kerja Komite Sentral Partai Komunis China Si Ta.

Perdana Menteri Wen Jiabao pun dalam beberapa kesempatan mengemukakan pemerintah pusat tetap membuka pintu dialog dengan Dalai Lama.

"Kita tetap berupaya menjaga hubungan dengan Dalai Lama dan berupaya mencari penyelesaian terbaik soal Tibet," katanya.

Meskipun demikian, katanya, upaya dialog membangun tidak akan berhasil bila Dalai Lama belum mau mengubah keinginannya selama ini.

"Dalai harus menghentikan dahulu segala bentuk kekerasan dan upaya pemisahan diri dari China daratan. Ini adalah prasyarat utama untuk melakukan dialog. Ia juga harus menghentikan unjuk rasa menentang Olimpiade," kata Si Ta.

Hal senada juga diungkapkan Jurubicara Kementerian Luar Negeri Cina Jiang Yu. JIan Yu mengatakan, "Pemerintah pusat selalu terbuka untuk melakukan dialog dengan Dalai Lama, asalkan ia bersedia menghentikan kegiatannya selama ini, termasuk dalam upaya menggagalkan Olimpiade."

Ia mengatakan, sejak dahulu, pemerintah pusat selalu terbuka dan ingin bertemu untuk membahas dan membicarakan berbagai upaya membangun Tibet.

Sikap pemerintah, katanya, sudah sangat jelas bahwa Tibet merupakan bagian tak terpisahkan dari China.

Tidak ada komentar: