Kamis, 12 Agustus 2010

Hanya Jawab Satu Pertanyaan, Ba'asyir Ceramahi Penyidik


JAKARTA - Selain jaringan Abu Bakar Ba'asyir, Densus 88 Mabes Polri terus menelusuri sel-sel teroris Jawa Barat (Jabar). Berdasar hasil pemeriksaan awal terhadap lima tersangka yang ditangkap di Jawa Barat akhir pekan lalu, ditemukan koneksi dengan jaringan teroris luar negeri.

"Ada keterlibatan warga asing, kini didalami penyidik. Tapi, untuk sementara bisa disimpulkan jaringan itu punya hubungan dengan luar," ujar Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Ito Sumardi kemarin (11/8). Secara hierarkis, Densus 88 bertanggung jawab langsung kepada Ito selaku Kabareskrim.

Ada dua koneksi luar negeri yang didalami polisi. "Pertama, kaitan dengan mobil untuk rencana pengeboman yang dibeli dari warga Prancis," papar dia. Pria bernama Andrew itu hingga kini belum tertangkap. Polri sudah mengajukan pencegahan ke luar negeri untuk Andrew kepada pihak imigrasi.

Jika tidak bersalah dan tanpa sengaja menjual mobil itu, Andrew diminta segera melapor ke kepolisian terdekat. "Kami sudah kontak Interpol," kata mantan Kapolwiltabes Surabaya tersebut.

Mobil Mitsubishi Gallant milik Fahrur Rozi Tanjung itu diduga akan digunakan sebagai casing (sarana) bom berbahan dasar nitrogliserin. Bom tersebut, menurut polisi, sudah diuji coba di perbukitan Sumedang, Jabar.

Teknik yang memanfaatkan mobil tersebut meniru peledakan bom Bali I pada 2002, JW Marriott I (2003), dan Kedubes Australia (2004). Rangkaian yang ditemukan di Cibiru adalah buatan Soghir (tertangkap 23 Juni 2010), residivis perakit bom Kedubes Australia yang satu guru satu ilmu dengan Dr Azhari.

Untuk memuluskan aksi itu, mereka merekrut Kurnia Widodo. Lulusan teknik kimia ITB tersebut membantu peracikan bahan bom. Mereka juga memilih safe house di Cibogo, Subang, Jabar, untuk menyimpan bahan-bahan cair bom.

Polri selama ini juga yakin bahwa peledakan bom JW Marriott 2009 hingga pelatihan militer di Aceh selalu berhubungan dengan koneksi luar negeri (selengkapnya lihat grafis). Termasuk, dugaan keterlibatan Ba'asyir di pelatihan militer Aceh.

Kemarin Ito memastikan Ba'asyir mulai resmi ditahan. Polri yakin 100 persen bahwa Ba'asyir terlibat dalam kelompok yang berlatih ala militer di Jalin, Jantho, Aceh Besar.

Bahkan, menurut mantan koordinator staf ahli Kapolri itu, bukti-bukti aliran dana dari Ba'asyir sudah ada di tangan penyidik. "Ada aliran lewat rekening, ada juga yang langsung (tunai, Red). Detailnya akan jelas di sidang," ungkap dia. Bagaimana sikap bungkam Ba'asyir? Ito tersenyum. "Tidak ada masalah. Itu haknya. Yang jelas, kami punya bukti permulaan yang cukup. Jadi, jangan dibilang rekayasa," ucap dia.

Ba'asyir dikenai pasal 14 jo pasal 7, 9, 11, dan atau pasal 11 dan atau pasal 15 jo pasal 7, 9, 11 dan atau pasal 13 huruf a, b, dan c UU No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Ancaman maksimalnya adalah hukuman mati dan atau penjara seumur hidup.

Polri juga mengklaim memiliki bukti rekaman saat Ba'asyir melihat video latihan militer di Aceh. Berdasar rekaman itu plus keterangan para tersangka yang sudah ditahan, Ba'asyir ditangkap.

Pengacara Ba'asyir, Mahendradatta, dengan santai menanggapi klaim-klaim polisi. "Bagi kami, itu semua memang sudah ada skenarionya. Dirangkai-rangkaikan supaya ustad kelihatann terlibat," katanya.

Ba'asyir, kata Mahendra, sangat tenang dengan tudingan-tudingan itu. "Beliau siap menjelaskan semuanya di sidang nanti. Bahkan, kalau berani, buka saja video yang diakui polisi itu," ujarnya.

Mahendra menyebut Ba'asyir berpesan agar tak terlalu mengumbar energi untuk berdebat dengan polisi pada Ramadan. "Insya Allah kita gerak lagi setelah puasa," katanya.

Anggota Tim Pengacara Muslim lainnya, Achmad Michdan, menjelaskan, kemarin Ba'asyir disodori 51 pertanyaan. Tapi, hanya dijawab satu, yakni lokasi Ba'asyir diciduk Densus 88. "Yang lain, beliau akan menjelaskan di depan hakim," katanya.

Michdan yang mendampingi Ba'asyir sejak 2002 itu menjelaskan, polisi sempat memutarkan video berdurasi satu jam. "Mereka tanya apakah ustad kenal orang-orang yang ada di sana. Dijawab memang ada yang tahu satu orang, tapi nanti dijelaskan di sidang," ucapnya.

Aktivitas puasa Ba'asyir di tahanan juga lancar. Pendiri Ponpes Ngruki, Sukoharjo, itu berbuka puasa bubur dan sebelumnya menikmati sahur sop kambing. Ba'asyir berada di sel khusus yang dipisahkan dengan tahanan Bareskrim lain.

Secara terpisah, sumber Jawa Pos menjelaskan, Ba'asyir justru rajin menasihati penyidik. Hal itu dilakukan mulai dia ditangkap hingga di sela-sela pemeriksaan. ''Para penyidik yang mendampingi Ba'asyir selalu dapat ceramah," kata salah satu penyidik. Bahkan, menurut Ba'asyir, seorang muslim yang menjadi anggota Densus 88 batal syahadatnya dan bisa dikategorikan murtad.

Mereka dianggap membantu kepentingan Amerika Serikat dan Yahudi dengan agenda kampanye antiterorisme untuk memberangus semangat jihad Islam. ''Ba'asyir selalu menyebut anggota Densus yang muslim mestinya tidak memerangi umat Islam," jelasnya.

Sumber itu juga mengakui Ba'asyir sangat kukuh dengan aksi diamnya. ''Kata Ba'asyir, jangankan berbicara, meminjam alat tulis polisi saja tidak mau karena dianggap haram. Alat itu dipakai untuk membantu memerangi Islam," katanya.

Selain itu, penyidik mempunyai rekaman video ceramah-ceramah Ba'asyir yang selalu mengecam Densus 88 Mabes Polri. Dia lantas menunjukkan salah satu rekaman video dalam ponsel.

Dalam video itu, Ba'asyir berada di atas mimbar dan mengisi pengajian dengan latar bendera hitam. "Hati-hati, jangan hanya karena dolar kalian masuk neraka. Densus 88 yang muslim harus tobat, sebab sudah murtad kalau membantu Amerika dan Yahudi. Batal syahadatnya," kata Ba'asyir dalam video itu.

Di bagian lain, tadi malam situs berita The Star Malaysia melansir laporan penangkapan seorang WNI dan dua warga negara Malaysia. Kepala Polisi Malaysia Tan Sri Musa Hassan mengatakan, ketiganya ditangkap kemarin di Temerloh, Pahang, dan Ampang, Selangor. Ketiga orang itu berusia antara 34-70 tahun. Ketiganya dijerat internal security act karena tercatat bahwa semuanya terlibat aktivitas yang merusak keamanan negara Malaysia.

Menurut The Star, salah satu dari mereka adalah managing director suatu perusahaan dan dua lainnya adalah kontraktor dan marketing executive. Hingga tadi malam pukul 22.30, Juru Bicara Deplu Teuku Faizasyah mengaku belum memiliki data lengkap tentang penangkapan WNI yang diduga bagian dari sel teroris itu. Faiza berjanji mengecek dan menjelaskannya hari ini. (rdl/zul/c2/iro)

Tidak ada komentar: