Sabtu, 13 Desember 2008

SEKILAS TEROR MUMBAI


Dewo Ningrat menirimkan sebuah artikel yang menarik yang ditulis oleh wartawan Jawa Pos bernama Ridlwan. Secara umum artikel tersebut telah memberikan gambaran yang baik tentang peristiwa teror yang terjadi di India. Pertama pendekatan bahwa telah terjadi sekitar belasan peristiwa teror sepanjang tahun 2008 memang keharusan. Kedua bahwa teror Mumbai adalah yang paling terkoordinasi juga tidak bisa dibantah karena faktanya serangan tersebut telah dipersiapkan sejak 4 bulan sebelumnya. Ketiga mengenai hasilnya juga sangat telak dengan korban sekitar 172 orang tewas dan 239 orang luka-luka. Belakangan informasi dari Intelijen Luar Negeri India yang terkenal dengan nama Research and Analysis Wing (RAW or R&AW) mengakui bahwa sudah ada informasi intelijen bahwa akan ada serangan terror yang besar dari kelompok teroris yang berbasis di Pakistan. Namun apa artinya informasi intelijen tersebut karena akhirnya peristiwa serangan tidak dapat dicegah.

Saya jadi teringat peristiwa Bom Bali I dimana CIA, MI6, ASIO dan umumnya lembaga intelijen Barat sudah mendapatkan indikasi akan ada serangan ke Bali. Namun "keraguan" dan analisa yang kurang akurat akhirnya menyebabkan peristiwa Bom Bali I terjadi. Bahkan intelijen Barat tersebut juga "enggan" untuk mendorong dikeluarkannya travel warning sehingga banyak warga negara Australia dan Inggris yang menjadi korban.

Kecolongan bagi intelijen adalah sesuatu yang memalukan sekaligus berdampak luas bagi stabilitas negara. Namun rekan-rekan Blog I-I tentunya juga dapat membayangkan luasnya wilayah analisa dari suatu ancaman teroris yang harus direspon oleh lembaga intelijen yang kurang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa peranan intelijen yang sering dipojokkan dengan berbagai beban caci maki karena kegagalan, sesungguhnya juga akibat dari perlakuan negara, politisi dan rakyatnya yang apriori atau bahkan penuh kecurigaan terhadap lembaga intelijen-nya sendiri.

Kembali pada masalah Mumbai, setidaknya ada dua kelompok besar yang sering melakukan aksi teror di India, yaitu kelompok separatis/pemisahan dari India dan kelompok ideologis. Masing-masing kelompok tersebut terpecah-pecah dalam berbagai elemen teroris yang berbeda-beda, sekedar contoh:
- Kashmir : Lashkar-e-Taiba, Harakat ul-Mujahedeen, dan Jaish-e-Muhammed
- Ideologi komunis: the Naxalites, the People’s War Group and Maoist Communist Center
- dll

Dalam kasus Mumbai, satu-satunya pelaku teroris yang tertangkap hidup-hidup, Ajmal Qasab menyatakan bahwa kelompoknya telah dilatih selama 6 bulan di camp pelatihan yang dikendalikan Lashkar-e-Taiba di Pakistan, mempelajari perang jarak dekat, penawanan sandera, bahan peledak, navigasi satelit, serta keterampilan survival di laut.

Setiap peristiwa teror yang telah terjadi seperti Mumbai dapat dianalisa dari berbagai sudut pandang, serta dengan semakin bertambahnya informasi semakin lengkap pula analisanya. Tetapi apa gunanya bagi 172 orang yang sudah tewas? Bagi Indonesia, pelajaran yang dapat diambil sangat besar. Pengalaman Indonesia mengungkap kasus-kasus teror telah diakui dunia internasional, hal ini juga termasuk pencegahan sejumlah rencana teror yang tidak dipublikasikan. Namun potensi ancaman masih ada dimana-mana....sementara tingkat kewaspadaan masyarakat Indonesia cenderung naik-turun. Pencegahan teror tidak dapat hanya dilakukan oleh Intelijen Indonesia, Densus 88, atau Special Force TNI, melainkan juga perlu dukungan seluruh elemen masyarakat dalam melaporkan setiap hal yang mencurigakan baik berupa perilaku perorangan atau kelompok maupun berupa keberadaan benda/barang mencurigakan ditempat umum. Hal itu merupakan suatu sistem gotong-royong seluruh komponen bangsa Indonesia dalam memelihara keamanan bersama. Memang sistem hankamrata (pertahanan dan keamanan rakyat semesta) telah diselewengkan untuk kepentingan politik pada masa Orde Baru, namun bila kita cermati bersama adalah menjadi kepentingan seluruh komponen bangsa Indonesia untuk mencegah terjadi aksi kejahatan kemanusiaan seperti tindak terorisme.

Relevansi Hankamrata masih kuat dan seyogyanya kita melihatnya sebagai sebuah partnership yang seimbang dan saling menghormati demi keselamatan bangsa Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Raya yang Adil dan Makmur. Disamping itu, tentu saja pemanfaatan teknologi CCTV dan berbagai sistem keamanan juga sangat vital dalam menjamin keselamatan publik.

Berikut ini artikel sudara Ridlwan tentang Mumbai.

Teror Rapi ala Mumbai

Oleh : Ridlwan *

Sepuluh hari menjelang ibadah wukuf di Padang Arafah, Kota Mumbai, India, digenangi darah. Aksi terorisme terkoordinasi memakan korban sedikitnya 125 nyawa manusia. Belum lagi ratusan yang lain yang terluka fisik dan mengalami gangguan trauma mendalam. Gerakan teror yang dilakukan saat masyarakat Amerika Serikat merayakan Thanksgiving itu juga membuat ekonomi Mumbai lumpuh sesaat. Bursa tutup, perusahaan multinasional mengevakuasi karyawan, dan negara-negara maju beramai-ramai mengeluarkan travel warning ke India. Efek domino kengerian akibat aksi itu berhasil dicapai.

Tidak ada komentar: