Minggu, 15 Februari 2009

Garin Nugroho Dilempar Sandal di Timor Leste

YOGYAKARTA, MINGGU - Ternyata bukan hanya George W Bush, mantan presiden AS, yang kena lemparan alas kaki. Sutradara Garin Nugroho juga mengalami hal serupa. Saat sedang asyik melakukan pengambilan gambar dialam salah satu konser Slank di Timor Leste untuk film Generasi Biru, sepasang sandal melayang ke arahnya.

Tentu saja, Garin tak sempat menghindar seperti Bush, karena fokus perhatiannya kepada aksi kelompok musik Slank yang sedang manggung di hadapan ribuan Slanker fanatik dari negara sempalan Indonesia itu. Sadar posisi, Garin mengalah, karena tidak ingin terjadi keributan dalam konser tersebut. "Ya kan nanti kita akan repot sendiri, kalau rusuh gara-gara saya. Entar filmnya ganti judul jadi Generasi Rusuh," canda Garin kepada para wartawan seraya tertawa dalam jumpa pers pemutaran perdana film Generasi Biru di Yogyakarta, Minggu (15/2).

Garin maklum bahwa para Slanker di Timor Leste maupun wilayah Indonesia Timur merasa sangat tergangu dengan situasi pengambilan gambar yang menghadirkan banyak kru. Padahal, kehadiran Slank di kota mereka, Dili, sangat jarang, sehingga kerinduan mereka meledak-ledak untuk dapat melihat bintang pujaan mereka.

Mengenai film yang baru saja disutradarainya itu, Garin mengaku bahwa Generasi Biru merupakan usahanya yang sangat maksimal untuk dapat menerjemahkan jiwa Slanker yang penuh warna dan ekspresi. "Saya sadar, film ini belum mampu memotret secara keseluruhan. Tapi, paling tidak, ini usaha saya. Saya bahkan menantang, kalau memang ada yang mampu membuat lebih sempurna, ya silakan bikin film Slank yang lain. Setahu saya, sampai saat ini belum ada film musikal yang mampu memotret secara keseluruhan tentang sosok suatu kelompok musik, di luar negeri sekalipun, " tandas Garin.

Diungkapkan Garin, beberapa orang mungkin kebingungan ketika menonton film tersebut. Sebab, lanjutnya, banyak animasi dan gerakan teaterikal yang ditampilkan. Menurutnya, animasi dihadirkan untuk mewakili graffiti yang banyak dilakukan oleh para Slanker yang tersebar di Indonesia, sementara gerakan-gerakan teaterikal ditampilkan untuk mewakili sosok generasi yang penuh olok-olok.

"Karena film ini dibuat dalam rangka 25 tahun Slank, maka saya harus berusaha agar film ini sangat dekat dengan jiwa para Slanker. Dan, saya lihat, generasi slanker ini sangat penuh dengan olok-olokan. Mereka bahkan sangat santai mengolok-olok kondisi sosial politik dan lingkungan dengan bahasa-bahasa yang sangat kasar. Tetapi, karena ini film yang dintonton oleh semua lapisan masyarakat, beberapa gambar memang tak dapat ditampilkan secara vulgar," ujar Garin. (sulistyawan)

Tidak ada komentar: