Sabtu, 08 Agustus 2009

Akhir Drama Warga Malaysia Noordin M.Top


Sekitar 5-6 jam yang lalu saya telah menyampaikan selamat kepada segenap aparat keamanan Indonesian, khususnya Kepolisian dan Densus 88. Sejak awal penyergapan kelompok teroris warga Malaysia Noordin M.Top sekitar 18 jam yang lalu, telah terlihat jelas pola penyergapan yang merupakan eksekusi di tempat karena resiko aksi meledakan diri sendiri dengan bom yang akan dilakukan Noordin M.Top dengan tujuan menjadi contoh martir ataupun tetap menghidupkan semangat pembenaran aksi bom bunuh diri.

Suatu hal yang membanggakan adalah bahwa sukses besar Densus 88 terletak pada pendadakan penyergapan yang mampu meminimalkan resiko korban dari masyarakat sipil di sekitar lokasi penyergapan. Hal ini besar kemungkinan juga tidak terdeteksi oleh Noordin M.Top sendiri, sehingga Noordin tidak siap dengan pertunjukan bom bunuh diri. Lain ceritanya apabila ternyata Noordin tidak memiliki nyali untuk meledakan diri sendiri seperti pelaku bom Marriot dan Ritz Carlton (Dani dan Nana). Faktor pendadakan yang begitu cepat paska penyelidikan kasus bom Marriot dan Ritz Kuningan dan waktu penyergapan yang tepat merupakan faktor penting yang menyebabkan penyergapan berjalan relatif dibawah kendali operasi lapangan Densus 88.


Ketidaksiapan Noordin M.Top yang hanya membawa senjata genggam dan kemungkinan seperangkat sistem peledak karena sedang dalam posisi koordinasi dan kunjungan sekaligus dalam rangka pelarian dan mencari perlindungan, membuat Noordin terpojok sedemikian rupa dan tertembak beberapa kali saat bersembunyi di kamar mandi. Tidak terjadinya aksi heroik/atraktif berupa peledakan diri sendiri diperkirakan karena memang tidak ada rencana tersebut dan Noordin sudah terpojok.

Beberapa jam awal penyergapan, kekhawatiran saya adalah sama dengan aparat kepolisian yaitu terdapatnya bahan peledak dalam jumlah besar yang dapat membahayakan masyarakat sipil. Paska berhentinya tembakan dari lokasi rumah penyergapan, ketegangan tidak menurun meskipun perkiraan amunisi senjata genggam Noordin sudah habis. Hal ini disebabkan perhitungan adanya bahan peledak yang selalu dibawa-bawa Noordin. Namun semuanya menjadi semakin dalam kendali Densus 88 setelah masa penyergapan mencapai 12 jam serta tidak ada lagi sama sekali reaksi dari dalam rumah setelah dilakukan beberapa kali peledakan skala kecil dalam rangka pendobrakan rumah dan pembukaan akses dengan menghancurkan beberapa bagian rumah seperti atap dan pintu.

Akhir drama perjalanan warga Malaysia Noordin M.Top semakin memperjelas bahwa para pelaku teror adalah manusia-manusia pengecut bahkan tidak sempat memperlihatkan sedikitpun keberanian berupa menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatan, ataupun aksi heroik/atraktif berupa perlawanan total dengan meledakan diri keluar dari rumah.

Tidak ada sama sekali simpati pada akhir perjalanan warga Malaysia Noordin M.Top hari ini. Hal ini tentunya perlu disadari oleh siapapun umat Muslim Indonesia yang tergoda untuk bersikap radikal dan menempuh jalur terorisme untuk berpikir ribuan kali dalam menjalani kehidupan sebagai pengecut yang membunuhi orang-orang tidak bersenjata (masyarakat sipil) dengan aksi bom bunuh diri.

Sama sekali tidak ada artinya baik di dunia maupun di akhirat nanti, pada akhirnys do'a keprihatinan mayoritas umat Islam dan bangsa Indonesia yang didengar Tuhan. Pada akhirnya perjalanan warga Malaysia Noordin M.Top begitu memalukan dan tidak mencerminkan jiwa ksatria.

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa meskipun konsolidasi jaringan kelompok teroris di Indonesia sementara waktu terganggu dan hubungan teroris lokal Indonesia dengan jaringan teroris internasional yang terhubung dengan Al Qaeda dan CIA juga terganggu, namun hal itu jangan sampai membuat kita terlena mengawal perjalanan bangsa Indonesia. Setidaknya untuk sementara waktu kekuatan sel-sel teroris di Indonesia secara nyata menjadi lemah. (Mohon rekan-rekan Blog I-I melakukan penelitian dan mengkoreksi hal ini karena bernada prasangka yang dipengaruhi teori konspirasi)

Sinyalemen dari Kapolri mengenai kemungkinan ancaman terhadap keselamatan Presiden SBY karena lokasi pembuatan bom di Jatiasih Bekasi yang hanya 5-7 km dari kediaman Presiden di Cikeas juga perlu diperhatikan. Pertama hal ini merupakan perkembangan baru yang harus diwaspadai karena apabila benar demikian, telah terjadi interaksi aksi teroris anti Barat (AS) yang merupakan turunan dari faham Wahabiyah radikal versi Salafy Jihadis dan aksi teroris anti pemerintah yang merupakan turunan dari politik harokah Islamiyah model Ikhwanul Muslimin jalur kekerasan yang mencita-citakan negara Islam dengan mengganggu stabilitas suatu negara.

Sekali lagi saya mengucapkan semangat kepada segenap aparat keamanan Indonesia dan khususnya Polisi Densus 88 atas penyergapan yang bukan saja mengakhiri perjalanan Noordin M.Top melainkan juga membongkar jaringan Jatiasih dan Solo.

Akhir kata, upaya umat Muslim Indonesia...upaya seluruh komponen bangsa Indonesia melawan terorisme belum berakhir. Kita dapat bernafas lega bahwa ancaman terorisme semakin berkurang. Namun sebagaimana rekan-rekan pernah membaca tulisan-tulisan Blog I-I sebelumnya, masih ada sejumlah daftar nama di Kepolisian yang masih berkeliaran seperti Umar Patek di Filipina Selatan dan Zulkarnain yang pernah saya ramalkan menggantikan posisi Abu Dujana.

Tidak ada komentar: