Jumat, 16 April 2010

Mari Bertengkar Sehat


MENIKAH adalah belajar menghadapi jatuh bangun membangun sebuah mimpi dan cita berwujud rumah indah pernikahan berpondasi iman yang kuat. Berharap semua pasangan menginginkan kehidupan yang dibayangkan indah itu akan selalu hadir sepaket dengan adanya kebersamaan, keharmonisan yang terlingkupi cinta, setia, sayang dan kasih.

Tapi akankah bisa proses membangun itu berjalan mulus? sandungan serupa batu dan duri pasti jadi halangan.

Cinta yang diibaratkan kayu lantas melapuk dimakan waktu, rayap serupa orang ketiga hadir menggerogoti pondasi rumah indah itu. Butuh treatment untuk menjaga kualitas kayunya tetap terjaga, sebegitu juga ekstra kerja keras memilih pembasmi jitu agar si rayap tak lagi datang mengganggu.

Pasangan menikah manapun mungkin sedang mati-matian juga menjaga pondasi rumahnya tak akan rubuh. Inilah ujian yang sama-sama kita lakoni, bahkan mungkin akan lebih sulit dari sekedar ujian akhir semester atau ujian masuk perguruan tinggi.

Butuh belajar ekstra, tak hanya suami, istri pun iya. Tak bisa mengandalkan belajar sistem kebut semalam, karena memang harus belajar setiap hari, setiap saat. Dan sewaktu-waktu kaki menjegal langkah, kita telah siap diri bangun dari kejatuhan, karena kita telah pernah belajar menghadapi rasa sakit itu sebelumnya.

Pada sebuah kehidupan pernikahan ada hal yang ingin sebisa mungkin kita hindari. Bertengkar. Tapi bisakah?, sedang kadang agak susah mengakomodir dua ingin yang berbeda dari dua pribadi beda karakter, beda selera. Memunculkan lalu banyak versi, ada yang rela mengalah demi kebaikan, demi pasangan, ada yang teguh kukuh tak mau mengalah dan lalu ada yang memanfaatkan kuasanya, mengandalkan ego agar inginnya terpenuhi, tak pernah sudi mengalah.

Pertengkaran, seharusnya membuat banyak pasangan belajar, menyibak apa yang sama-sama dimaui, diingini. Tentang segala hal yang dirasa, dialami atau dihadapi. Ini seperti sebuah peledakan segala yang menyumpal dada, menyumbat otak, asal jangan sampai mematikan rasa. Bertengkar yang mungkin akan jadi melegakan jika kita bisa sama-sama menguasai diri, pun mengolah emosi dengan baik.

Saya tak menganjurkan kalian bertengkar dengan pasangan, toh saya sendiri pernah mengalaminya, meski tak sering. Hanya saja jika ini harus terjadi, setidaknya ada beberapa batas yang harus dipagarkan, agar tak melewati koridor. Agar pertengkaran tak hanya menjadi sekedar adu urat dan otot semata. Debat tanpa hasil, tanpa win-win solution yang bisa menjembatani dua ingin itu.

Sekedar beberapa tips bertengkar sehat, dari saya pribadi..

Pilih masalah

Siapapun pasti kesal dan kecewa pasangannya bikin gregetan dan makan hati, memicu diri untuk melawannya. Demi ego, jika perlu harus memenangkan 'pertarungan'. Tak disadari, justru semakin dilawan malah memperuncing masalah. Butuh bijak ternyata untuk bisa memilah milih mana masalah yang harus dibicarakan dan menyelesaikannya saat itu juga.

Waktu dan Tempat yang tepat

Bertengkar dan berdebatlah jika memang harus, di waktu dan tempat yang tepat tentunya. Tak mudah meski itu berarti harus menahan diri agar emosi tak meledak. Seburuk apapun masalah yang membentur kehidupan sebuah keluarga hendaknya gejolak itu diredam di dalam. Memunculkannya di luar malah hanya akan mengumbar aib dan mempersilahkan orang lain mengintip private room kita dan pasangan.

Tak Egois Melebar Masalah

Kesal karena dia datang terlambat menjemput, itu wajar. Tapi menjadi tak benar jika lantas kekesalan itu merembet ke hal lain. Sisi egois yang kuat lalu dimunculkan, masih belum memaafkannnya karena terlambat datang, dan lalu melebarkan masalah, mengulik salah dan alpanya di masa lampau. Hentikan! Memaksa mengingatkan salah terdahulunya hanya akan malah membuka luka lama. [mengacu tips 1]

Be a good listener

Bertengkar itu seperti sebuah cara berkomunikasi yang mesti berjalan juga dua arah. Bijak untuk mau mendengar apapun penjelasan dari sudut pandangnya. Jadi pendengarlah yang baik, malah membantu untuk mengatasi kesalahpahaman yang timbul.

Mauku, Maumu Juga

Grundelan dan segala unek-unek memang bagusnya dikeluarkan agar tak menyumpal isi otak, hati dan pikiran yang hanya akan memunculkan penyakit hati. Maumu dan maunya adalah harap yang ingin diwujudkan untuk ada dan tercapai. Share apa yang menjadi ganjalan hati, setidaknya ini membantu mencari tahu apa yang terbaik untuk diputuskan.

Tidak ada komentar: