Selasa, 27 September 2011

Delapan Bom Mengancam


SOLO- Pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Pino Damayanto alias Achmad Yosepa Hayat, diyakini tidak beraksi sendirian.

Menurut sejumlah warga di sekitar gereja, pada Sabtu (24/9) siang dan Minggu pagi (25/9) sebelum melakukan aksi bom bunuh diri, pelaku datang ke sekitar GBIS bersama seorang pria dengan ciri yang berbeda-beda.

Subadi (49), yang tinggal dekat GBIS Kepunton, mengatakan, pada Sabtu siang dia melihat pelaku datang ke sekitar gereja sendirian. Pelaku bertanya kepada Subadi soal jalan dan letak warnet terdekat dengan gereja. Subadi menjawab pertanyaan pelaku apa adanya. Pelaku lantas pergi dan mengucapkan terima kasih.

Namun sesaat kemudian, Subadi melihat pelaku di ujung timur jalan Arif Rahman Hakim yang berjarak 200 meter dari gereja, bertemu dengan seorang pemuda.

Pemuda itu memiliki ciri-ciri lebih pendek, dagunya menonjol, serta memakai kaos berwarna hitam garis kuning. Selanjutnya, pelaku dan pemuda itu berbincang sebentar dan berjalan bersama-sama ke arah selatan gereja.
Pada Minggu (25/9) pagi, Mulyadi (44), anggota linmas (hansip-red) yang juga warga setempat, mengaku melihat pelaku datang bersama seorang lelaki dengan ciri yang berbeda beberapa jam sebelum melakukan aksi bom bunuh diri.

Ciri-ciri dari teman Hayat kali ini berperawakan kurus dan lebih tinggi dibandingkan pelaku. Kulitnya sawo matang. Dia memakai celana panjang berwarna gelap serta jaket berwarna biru. Sementara pelaku memakai pakaian berwarna putih, celana panjang hitam, dan sepatu kets.

“Sekitar pukul 06.00 Minggu pagi, saya melihat pelaku datang dari arah barat jalan gereja bersama seorang temannya. Mereka jalan kaki dan kemudian berhenti di depan salah satu toko di seberang timur gereja yang masih tutup. Di situ, keduanya berbincang sangat serius, tapi saya tidak bisa mendengar,” ujar Mulyadi.

Saat menyaksikan perbincangan antara pelaku dengan temannya, Mulyadi tengah bertugas jaga dan berada di seberang gereja. Jarak antara pelaku dan Mulyadi hanya sekitar 10 meter. Saat itu, Mulyadi tidak menaruh curiga sedikit pun kepada pelaku dan temannya.
Tidak lama menyaksikan perbincangan, Mulyadi pulang untuk mandi dan sarapan. Rumah Mulyadi, yang menyatu dengan warung makan, hanya berjarak sekitar 10 meter dari GBIS Kepunton.
Sekitar pukul 07.00, Mulyadi melihat Hayat mampir ke warung makan milik istrinya untuk sarapan. Namun dia hanya sendirian. Salah satu kawannya sudah tidak ada.

Di warung, pelaku sarapan dengan sejumlah gorengan dan minum teh.
”Saya juga sempat duduk bersama dengan dia di warung. Tapi tidak bisa bertanya karena dia sedang serius mendengarkan sesuatu dengan memakai headset,” katanya.

Setelah itu, Mulyadi pergi dari rumah untuk bertugas. Dia baru kembali ke rumahnya sekitar pukul 10.00 dan tak lama kemudian terjadi ledakan di gereja yang ada di sebelah kediamannya.
“Ketika saya melihat pelaku bom bunuh diri itu, saya langsung yakin kalau dia yang datang pagi-pagi ke sekitar gereja bersama seorang temannya. Dia juga yang sempat makan di warung saya beberapa jam sebelum kejadian,” tandas Mulyadi.

Anggota JAT

Sementara itu, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam memastikan, pelaku bom bunuh diri di GBIS adalah Pino Damayanto alias Achmad Yosepa Hayat.
Hayat disebutnya sebagai anggota Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba’asyir.
”Hayat adalah anggota JAT Cirebon,” ujar Anton Bachrul Alam.

Menurut Anton, pada Oktober 2010 Hayat ikut terlibat perusakan minimarket Alfamart dan Indomart di Cirebon bersama Mochamad Sarip, pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz-Zikra Mapolres Cirebon, 15 April lalu.
Hayat juga yang mengantarkan Sarip ke Masjid Adz-Zikra. Menurut Anton, motif pelaku menjalankan aksi tersebut adalah jihad.
”Dia mendapatkan doktrin yang salah,” tambahnya.

Dikatakan, Hayat dalam menjalankan aksinya dibantu oleh empat rekannya yang kini buron. Mereka berinisial B, H, Y, dan N. ”Ini buronan lama,” ujar Anton. B adalah Beni Asri, Y atau Yadi Al Hasan, H inisial dari Heru Komarudin dan N Nanang Irawan.
Dia mengungkapkan, teroris jaringan Cirebon tersebut membawa sembilan bom siap ledak. Salah satunya telah digunakan oleh Hayat untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

”Ada sembilan bom yang belum ditemukan. Kami belum dapatkan dan akhirnya meledak kemarin.”
Pihaknya masih menyelidiki siapa ahli atau pelatih perakit bom dalam jaringan tersebut. ”Untuk jaringan tentu berada di beberapa lokasi,” kata Anton.

Anton belum bisa memastikan bom rakitan yang ditemukan di sejumlah daerah seperti di Gereja Anugerah, Karangpanjang, Ambon pada 26 September 2011 apakah milik jaringan tersebut. Ada kemiripan bentuk dan komponen bom-bom tersebut.
Sementara itu, JAT membantah Hayat adalah anggotanya seperti yang dituduhkan oleh Polri.
Direktur Media Center JAT, Son Hadi menyatakan, Hayat bukan anggota JAT Cirebon. ”Dari data yang kami miliki tidak ada (nama Hayat),” ujar Son Hadi, kemarin. Dia mempertanyakan bukti Polri yang menyatakan Hayat adalah anggota JAT.

Menurutnya, selama ini tuduhan Polri bahwa pelaku bom bunuh diri seperti Mochamad Sarip yang melakukan aksi bom bunuh diri di Masjid Adz-Zikra Mapolres Cirebon adalah anggota JAT tidak terbukti. Dikatakan, JAT adalah organisasi legal yang anggotanya terdata.
Sementara itu, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokes) Polri Brigjen Musaddeq Ishak mengungkapkan, dari hasil tes DNA dan sidik jari diketahui bahwa jenazah pelaku bom bunuh diri di GBIS adalah Hayat.

”Setelah dilakukan pemeriksaan, dibandingkan jenazah, maka seluruh kesimpulan kami adalah tidak terbantahkan bahwa jenazah adalah Pino Damayanto alias Achmad Yosepa Hayat alias Hayat,” ujarnya.
Dikatakan, dari hasil uji laboratorium, DNA jenazah pelaku bom bunuh diri di GBIS cocok dengan DNA anak Hayat, Umaira Husna dan istri Hayat, Sifria Dewi.

Musaddeq menambahkan, pihak keluarga juga mengakui jenazah tersebut adalah Hayat berdasarkan ciri-ciri yang melekat. Ciri-ciri tersebut di antaranya bekas operasi hernia dan penebalan kulit kaku bagian luar.
Kemarin, keluarga Hayat telah mengambil jenazah di Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Keluarga Hayat menyerahkan pengurusan pemakaman pria yang lahir di Cirebon 1980 itu ke Polri.
Hayat di makamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur, bersisian dengan Mochammad Sarip. Makam Hayat tak jauh dari makam tersangka teroris lainnya, Syaifudin Zuhri bin Jaelani dan M Syahrir yang tewas dalam penggerebekan Tangerang, Banten pada Oktober 2009.

Proses pemakaman itu tidak dihadiri langsung oleh keluarga Hayat. Keluarga Hayat yakni ibu, istri dan anak, Hindun, Sifria Dewi, Umaira Husna hanya menyaksian dari dalam mobil Toyota Avanza warna hitam dengan nomor polisi B-1879-IZ.
Pemakaman dilakukan oleh dua petugas dari TPU Pondok Rangon dan sejumlah polisi.
Pengacara keluarga Hayat, Nurlan mengungkapkan, keluarga Hayat menyerahkan proses pemakaman ke Polri dengan alasan kondisi jenazah sudah tidak dimungkinkan dimakamkan di Cirebon. (K23,G11,K24,D3-25)

Tidak ada komentar: