Sabtu, 10 Mei 2008

Menerka Nasib SBY


"Taruhan, yuk, SBY jatuh atau tidak?" Ini adalah selorohan di kalangan aktivis politik berbulan silam. Kini, selorohannya sudah berubah:"Jatuhnya Juni atau Oktober?".

Bukan tanpa dasar kalau ada yang mulai bergunjing seperti ini. Sebagaimana telah diketahui, sejumlah kelompok politik telah mulai merapatkan barisan. Isu utamanya beragam. Tapi ada satu yang menyatukan mereka: SBY dianggap sebagai agen asing. Dari mulai menjual aset negara hingga membuat kebijakan yang pro orang kaya. Kebetulan bulan Mei ini ada momen bersama: kebangkitan nasional.


Dan, beberapa perisitiwa terakhir turut mendukung penggusuran SBY. Pertama, konflik horizontal terkait Ahmmadiyah. Selama puluhan tahun, baru kali ini isu Ahmadiyah menggelinding dengan kencang dan keras. "Ini tidak natural. Pasti ada yang menggosok," kata seorang mantan aktivis mahasiswa. Konflik ini akan menempatkan SBY sebagai pelindung Ahmmadiyah. Tapi, kalau SBY mendorong pembubaran, juga bakal di'semprit" dunia internasional. "Serba berabeh, deh," ceteluk seorang politisi.

Di daerah, entah sengaja atau tidak, aparat tibum setempat bagai tak kenal lelah menggusur. Yang jadi incaran tak lain pedagang kaki lima. "Ini kan bahan baku yang baik untuk membumbungkan kefrustasian," ungkap seorang pendamping warga.

Dan, akhirnya, kebijakan kenaikan BBM bagai menyiram bensin dalam tumpukan arang yang menyala. Meski secara rasional kenaikan itu adalah keputusan yang harus diambil, tapi jika tak tepat memutuskan angka kenaikan bakal berakhir dengan gejolak. Apalagi pada saat yang bersamaan, aparat kepolisian cenderung bersifat represif menangani aksi-aksi unjuk rasa penolakan BBM.

"Saya tak habis pikir.Biarkan saja mahasiswa demo. Kalaupun mereka menyandera mobil tangki BBM, jangan terlalu dianggap serius. Kalau efeknya menimbulkan kemacetan, kan tinggal bilang saja kepada masyarakat penyebabnya adalah para pendemo. itu kan bisa berbalik menghantam mahasiswa itu sendiri. Yang saya heran, kok, meski sampai nyerbu masuk kampus segala?" ulas seorang pegiat politik terheran-heran.

Singkat kata, situasi bagai botol ketemu tutupnya, klop.

Tapi, tak sedikit yang meragukan keampuhan kelompok-kelompok penentang SBY."Mereka terlalu beragam. Kepentingannya pun tak jarang bertentangan. Jadi bakal mudah diporakporandakan dengan sekali sentuhan saja," kata seorang aktivis politik yang skeptis.

Toh, begitu, bahkan di kalangan pendukung SBY pun berkembang kecemasan yang cukup tinggi."Kalau salah sentuh, bisa-bisa kekuatan itu malah kian kukuh. Kita khawatir ada momen yang menyatukan kepentingan mereka. Ini sangat mungkin terjadi.Kan, orang-orang mereka sebenarnya juga ada di dalam pemerintahan,juga," kata seorang dari pendukung SBY.


Akankah SBY mampu bertahan? "Lihat saja akhir Mei ini. Jika gelombang unjuk rasa kian membesar. Ya,tamat. Apalagi Juni nanti juga ada bom waktu lain: kelangkaan pangan, terutama beras." tandas seorang politisi.

Tidak ada komentar: