Minggu, 28 Agustus 2011

Khadafi Hidup Sederhana


Dua pejuang pemberontak berdiri di podium milik pemimpin terguling Libya Muammar Khadafi di kompleks Bab al-Aziziya di Tripoli. Kehidupan Khadafi sejatinya jauh dari kegemerlapan yang selama ini dikira orang meski para putranya memiliki gaya hidup mewah.


TRIPOLI – Dia memilih nama Kakak Pemimpin. Tapi selama hampir 42 tahun berkuasa, dia dipandang tak terlalu menunjukkan kemesraan sebagai kakak dan kepemimpinannya menyebabkan kekacauan negara.

Sekarang, ketika orang-orang menyisiri rumah mewah, pertanian, dan vila-vila pemimpin terguling Libya Kolonel Muammar Khadafi, propertiproperti itu justru mengungkapkan detail kehidupan yang jauh dari bayangan banyak orang dan bagaikan dipenuhi tanda dosa-dosa kecil dan permusuhan.

Di sebuah pertanian, kudakuda berjalan mengitari patung-patung marmer singa, harimau, dan pada suatu siang yang panas terik, seekor rusa merumput di dek kolam renang yang kosong. Di rumah Saadi, salah seorang putra Khadafi, tak ada tanda-tanda kehidupan dunia.

Sebagai seorang pria yang menjalani hidup sebagai atlet, tentara, dan produser Hollywood, Saadi menyimpan buku self-help berbahasa Inggris, Success Intelligence, di kamar tidurnya. Namun, meski keflamboyanannya amat kondang, rumah Khadafi ternyata tidak seelite seperti yang dibayangkan orang.

Rumah itu tak seperti istana marmer Saddam Hussein.Tidak ada pilar-pilar yang membentuk inisial sang kolonel atau cetakan tinju sebagai simbol tangannya atau parit di sekeliling rumah yang berisi ikan gurame yang rakus. ”Bagi orang yang sangat kaya, dia itu sangat murahan,” papar Fuad Gritli,seorang warga, saat berkendara di sebidang tanah dekat bandara yang dikenal sebagai Farm, tempat tinggal Khadafi, kepada New York Times.

Di rumah itu juga muncul rasa tidak lengkap.Bahkan ketika orang-orang menarik mantel kehidupan Khadafi, sang kolonel dan anak-anaknya belum bisa ditangkap. Di salah satu sudut Farm, ada tanah lapang yang beririgasi. Unta-unta berjalan-jalan tanpa gembala.

Di sana, masih ada tenda tempat Khadafi menemui tokoh-tokoh asing, kanvasnya dihiasi gambar-gambar unta dan pohon palem. ”Khadafi memang tidak hidup seperti orang kaya, saya akui itu,” ujar Malik el-Bakouri, 27, dokter dari Tripoli, saat melintasi griya tawang yang di dalamnya ada air muncrat dari sebuah pipa rusak.

”Tapi putraputranya, semua orang di sukunya, dan semua keluarga di sekelilingnya hidup dengan baik dan mereka hidup dengan layak selama 40 tahun.” Perilaku putra-putra Khadafi akan membuat produser reality show bangga.

Hannibal berulang kali menodai hukum di Eropa dan Saif al-Islam mulai menjanjikan demokrasi dan mengakhiri sikapnya itu dengan tekad mengubah Libya menjadi negara seperti Arab Saudi,seperti Iran.”Lalu apa?” tanyanya.

Vila-vila milik beberapa putranya yang berdiri di sebuah wilayah yang menghadap ke Mediterania gagal men-cocokkan diri dengan lagak lagu yang dipamerkan dalam segi kehidupan mereka.Vila-vila itu tidak mewah: cat cokelat di dek sudah mengelupas dan terasa seperti rumah tahun 1970-an.

Tapi, para pemberontak muda yang memasuki rumah Hannibal— yang didominasi warna hitam dan putih serta rumput plastik—menemukan rumah itu cukup memicu rasa iri.Ada gimnasium di dalam rumah itu. Kemudian di bar ada kotakkotak Johnnie Walker Blue Label dan Dom Perignon Rose.

Sementara beranda belakang rumah menghadap ke perairan yang biru. Muattasim, putra Khadafi dan penasihat keamanan nasional negara itu,hidup lebih mewah. Dia biasa tiba dengan konvoi mobil ke sebuah rumah pertanian di Ain Zara,Tripoli, yang dilindungi tembok dan gerbang tinggi di empat sisi yang tampak seperti tembok penahan api.

Sebuah jalanan dengan air mancur dengan patung kereta yang ditarik empat ekor kuda membawa orang ke sebuah bungalo dengan pilar-pilar Roma di pintu masuk dan dipuncaki sebuah kubah emas yang mirip Hershey Kisses.

Sementara pemberontak menutup bekas rumah putri Khadafi,Aisha, karena terlalu banyak warga yang berjalanjalan di sekitarnya, berfoto, dan mencari suvenir. Selama berkuasa, Khadafi menampilkan diri sebagai revolusioner, ide-idenya tertuang dalam Buku Hijau.

Tapi, kesederhanaan yang dikoarkan tak pernah cocok dengan gaya hidupnya: epolet, jubah berlapis-lapis, dan kemeja bergambar peta hijau Afrika. Kontingen penjaganya yang semuanya adalah wanita disebut sudah bersumpah untuk hidup selibat (melajang). Dia pernah mendeklarasikan diri sebagai ”raja-diraja.”

Grafiti di sebuah tembok kompleks Bab al-Aziziya mengolok-olok Khadafi. ”Di mana pria berambut gila itu?” tulis grafiti tersebut. Setelah digulingkan pekan lalu,keberadaan Khadafi tetap menjadi misteri.Pemberontak yang memburunya menyatakan, perang tidak akan berakhir sampai pria berusia 69 tahun itu ditangkap atau ditemukan tewas.

”Kami tidak punya laporan faktual mengenai keberadaan Khadafi dan putra-putranya,” papar Mustafa Abdel Jalil,Kepala Dewan Transisi Nasional (NTC), di Benghazi, seperti dikutip Reuters. ● alvin

Tidak ada komentar: